Apa yang berbeda dari sekolah
di New Zealand dengan Indonesia? Apakah anak-anak mulai masuk SD sejak
umur 6 tahun seperti di Indonesia? Apakah semua anak naik kelas? Berapa
jumlah murid di kelas? Apa yang diajarkan? Ini baru beberapa pertanyaan
saja yang mungkin ada dibenak calon mahasiswa yang akan kuliah di New
Zealand dan akan membawa anak-anak mereka untuk menyertai orangtua yang
kuliah.
Sumber : http://www.sekolahdinewzealand.com/index.php?option=com_content&view=article&id=24&Itemid=24
Pengalaman
kami menunjukkan bahwa sekolah di New Zealand sangat menyenangkan bagi
anak-anak. Khusus untuk SD dan SMP beban belajarnya tidak berat seperti
di SD dan SMP di Indonesia, tetapi mereka tetap mendapat ilmu
pengetahuan yang bermanfaat. Disini SD sampai dengan SMA dibagi menjadi 2
bagian, yaitu yang disebut primary school (year 1 s/d year 8)[1] dan secondary school (year 9 s/d year 13).
Kebanyakan anak masuk primary school
usia 5 tahun dan mereka harus sudah sekolah ketika berusia 6 tahun.
Tidak seperti di Indonesia dimana SD kelas 1 dimulai pada awal tahun
ajaran untuk semua anak, maka disini setiap anak masuk ke primary school
begitu mereka berulang tahun umur 5 tahun, kapanpun jatuhnya hari ulang
tahun tersebut. Kalau ulang tahunnya jatuh di setengah tahun pertama,
anak tersebut masuk kelas 1. Tetapi bila anak tersebut berulang tahun di
setengah tahun kedua maka begitu masuk SD dia dimasukkan ke kelas 0.
Sekolah dibagi menjadi 4 terms yang dimulai dari akhir Januari atau awal Februari dan berakhir pada pertengahan Desember setiap tahunnya. Setiap akhir term ada masa libur. Sekolah berlangsung setiap hari Senin-Jum’at pukul 9 pagi sampai 3 siang.
Ada delapan bidang ilmu yang diajarkan di SD yaitu: English, Arts, Health and Physical Education, Learning Languages, Mathematics and Statistics, Science, Social Sciences, dan Technology.
Semua pelajaran ini diberikan dalam situasi yang menyenangkan namun
merangsang anak untuk berpikir kritis. Dengan suasana kelas yang
menyenangkan dan cara mengajar yang child-centred serta rasio murid dalam satu kelas per satu guru sekitar 1:20an, memungkinkan anak untuk mengembangkan potensinya.
Semua
anak naik kelas. Namun setiap anak dimasukkan dalam kelompok-kelompok
kecil di dalam kelas sesuai dengan kemampuannya. Sehingga setiap anak
merasa percaya diri dengan kemampuannya. Hasil evaluasi belajar (rapot)
tidak diberikan dalam angka, tetapi dalam bentuk uraian. Setiap sekolah
mempunyai program pemberian penghargaan untuk murid-murid yang
berprestasi. Ada standard yang berlaku nasional dan cara-cara evaluasi tertentu yang dipakai untuk menilai prestasi murid.
Apakah
ada sekolah favorit? Sebenarnya tidak ada sekolah favorit, walaupun
sebagian migran menganggap sekolah-sekolah tertentu itu lebih bagus
daripada yang lainnya. Ada yang mendasarkan penilaiannya pada decile sekolah. Setiap sekolah memiliki decile
yang diberikan oleh pemerintah dan dinilai setiap lima tahun atau bisa
lebih cepat bila diminta oleh sekolah yang bersangkutan. Decile rating berkisar dari 1 sampai 10 dan rating ini menunjukkan tingkat sosial ekonomi murid-murid yang belajar di sekolah tersebut dan bukan mutu sekolah. Decile rating 1 menunjukkan bahwa rata-rata murid yang sekolah di sekolah tersebut datang dari tingkat sosial ekonomi rendah. Sedangkan decile rating 10
berarti rata-rata murid yang sekolah di sekolah tersebut datang dari
tingkat sosial ekonomi tinggi. Penilaian ini berdasarkan alamat rumah
semua siswa di sekolah tersebut dan data sensus. Apakah dengan demikian
ada perbedaan dalam fasilitas sekolah atau kualitas guru? Tidak sama
sekali. Baik sekolah-sekolah yang memiliki decile rating rendah
maupun yang tinggi memiliki fasilitas, kualitas guru dan mutu
pengajaran yang sama karena semuanya dimonitor oleh pemerintah.Sumber : http://www.sekolahdinewzealand.com/index.php?option=com_content&view=article&id=24&Itemid=24
0 comments:
Post a Comment